28 Apr 2013

Sesuatu



Pertama kali aku berjumpa dengannya adalah ketika pertama kali aku pindah ke kota ini , di dalam kelas sastra . Aku melihatnya duduk sendiri , di bangku paling belakang . Kudekati dirinya perlahan , lalu aku menatapnya sejenak . Dia tetap diam tak bergeming , sama sekali tidak menoleh kepadaku . Entah karena dia tidak menyadari kehadiranku di sana atau karena dia tidak ingin bersikap ramah kepadaku . Lalu , kuputuskan untuk memulai percakapan terlebih dahulu .
            “Hai , boleh aku duduk di sebelahmu ?” tanyaku ramah .
            Dia kemudian perlahan menoleh ke arahku dan tidak menjawab sama sekali , hanya memandangku dari kepala hingga ke ujung kakiku , lalu mengangguk perlahan . Dia lalu menatap wajahku lekat . Hal itu sedikit membuatku merasa tidak nyaman , lalu aku bertanya kembali kepadanya sambil mengusap-usap wajahku “Ada apa ? Ada debu di wajahku ? Maaf ya , sebelum aku tiba di kelas ini , aku sempat membantu temanku di kelas bahasa Inggris , memindahkan buku-buku bekas yang sudah berdebu ke perpustakaan … Namamu siapa ? Aku Cynthia ..”
            Dia terdiam sejenak , lalu memandang tanganku , kemudian kembali menatapku dan menjabat tanganku lemah .
            “Aku Rainy…,” jawabnya dengan senyum tipis di bibirnya .
            “Rainy ? Wah , namamu indah sekali , apakah kau tahu mengapa namamu Rainy ?”
            Dia menggeleng , lalu menjawab ,”Aku tidak peduli mengapa orang tuaku memberiku nama seperti itu , yang jelas , aku merasa , setiap hari adalah hujan di dalam hidupku , tiada hari yang cerah , tiada musim panas , yang ada hanyalah musim hujan…”
            Aku kemudian tersenyum , rupanya kelas sastra memang cocok untuknya , karena dari cara berbicaranya pun , aku sudah mengetahuinya .
            Hari demi hari terlewati , dan aku pun terus berjumpa dengannya di kelas sastra . Kami semakin akrab , dan dia menjadi semakin terbuka kepadaku . Sering kali , ketika bel istirahat berbunyi dan aku masih sibuk di kelas bahasa Inggris atau bahasa Perancis , dia akan datang ke kelasku dan menungguku di depan kelas dengan sabar . Setelah aku selesai , barulah kita bersama-sama menuju kantin .
            Sedikit demi sedikit , aku mengetahui tentang keluarganya . Dia adalah anak tunggal di keluarganya . Ibunya yang bekerja sebagai seorang guru SD bercerai dengan ayah kandungnya ketika ia masih berusia 10 tahun . Kemudian setahun silam , ibunya menikah dengan seorang pria yang bekerja di Kanada , namun terkadang datang ke rumahnya untuk menengok ibunya dan dia . Kira-kira sebulan sekali ayah tirinya pasti pulang ke rumahnya .
            Pada suatu hari , ketika kami sedang makan siang bersama di kantin sekolah , ada satu hal yang mengejutkanku . Ada bekas merah-merah di kedua tangannya , seperti ada seseorang yang telah memukulinya dengan rotan . Lalu aku pun dengan tidak ragu-ragu bertanya kepadanya , apa yang telah terjadi dengan tangannya . Pertama , dia menolak untuk menjawab . Namun setelah beberapa kali aku membujuknya , akhirnya dia menjawab .
            “Ini aku dapat karena aku gagal dalam ulangan matematika dua hari yang lalu . Ibuku marah , lalu dia memukul tanganku dengan rotan … ,”
            Aku terkejut mendengarnya . Tak pernah kuduga ibunya begitu keras kepadanya . Lalu , dengan perlahan , dia berkata bahwa bukan hanya tangannya yang terkena pukul , namun juga punggungnya . Dia menangis tersedu-sedu setelah mengatakannya . Katanya , tiada orang lain yang bisa mendengar keluhannya selain aku . Maka setelahnya , aku membantunya dengan membalurkan krim pendingin kulit di kedua tangan dan punggungnya . Sepulang sekolah , aku menawarkan kepadanya untuk mengantarnya pulang . Dia kemudian menolakku halus . Aku hanya mengangguk , lalu kami berjalan bersama menuju bus stop dan ketika dia menyetop bus , aku pun menyetop bus yang sama . Kami sama-sama terkejut , selama ini kami tidak pernah mengetahui alamat satu sama lain . Lalu dia bertanya di mana aku tinggal , dan ketika aku menyebutkan tempat tinggalku , dia terkejut . Dia berkata bahwa selama ini kami tinggal di tempat yang sama , ya , kami sebenarnya satu apartemen , hanya saja , kami berbeda satu lantai . Heran , mengapa kami tidak pernah bertemu di apartemen kami . Atau mungkin karena sebelum ini , kami tidak pernah pulang bersama . Aku terbiasa meninggalkan sekolah selepas pukul 7 malam , karena aku harus menyelesaikan beberapa laporan atau terkadang harus menghadiri rapat di klub teater , namun hari ini aku pulang lebih awal karena mendengar bahwa ayahku akan pulang dari Kanada . Ya , kedua orang tuaku bekerja di Kanada sejak aku berusia 3 tahun , namun terkadang mereka datang menengokku sekitar 3 bulan sekali . Ayah lebih sering datang menengokku , karena pekerjaan Ibu lebih sibuk daripada pekerjaan Ayah . Aku juga sering mengobrol melalui kamera web setiap malam dengan mereka .
            Setibanya di apartemen kami , aku memeluknya sebelum kami berpisah . Ketika aku membuka pintu apartemenku , telah kujumpai ayahku di sana . Aku lalu berlari memeluknya . Aku sangat merindukannya , setelah tiga bulan tak berjumpa dengannya . Kami bercakap-cakap sejenak , menanyakan kabar satu sama lain , lalu aku bercerita kepadanya tentang Rainy . Beliau sedikit terkejut ketika aku menyebut nama Rainy .
            “Ayah , ada apa ? Ayah tahu Rainy ?” tanyaku .
            Beliau tidak menjawab , hanya tersenyum , lalu menggeleng perlahan .
            Beberapa hari setelah ayah datang , dia berpamitan kepadaku dan dia akan terbang kembali ke Kanada . Sayangnya aku tak bisa mengantarnya , karena aku harus pergi ke sekolah . Maka aku hanya memeluknya dan mengucapkan selamat tinggal , beliau lalu naik taksi untuk pergi ke bandara .
           
            Malam itu adalah malam yang tak terlupakan bagiku . Malam yang menyayat hatiku begitu dalam . Ketika ia mengetuk pintu apartemenku , dan ketika aku membuka pintu itu . Sungguh , aku terkejut , kala melihatnya dengan pergelangan tangan penuh darah dan dia menangis deras . Aku membantunya masuk ke dalam dan segera menutup pintu . Segera kuambil kotak P3K dan membalut pergelangan tangannya dengan kain kasa .
            “Rainy , ada apa ??” tanyaku .
            “Cynthia , aku… aku…”
            “Ada apa , Rainy ?? Ayo katakan , jujur saja padaku …”
            “Aku … Hamil …”
            Dia lalu menangis kencang dan meronta-ronta . Aku berusaha menenangkannya , ku berlalri menuju dapur dan mengambilkan segelas air putih untuknya . Ketika aku kembali ke tempat dia berbaring , kulihat dia telah pingsan . Kucoba menyadarkannya dengan menggoncang-goncang tubuhnya , tetap saja tak ada reaksi . Maka , kuputuskan untuk menunggunya hingga dia sadar sambil terus mengecek nafasnya .
            Tepat sekitar dua jam setelah dia pingsan , dia sadar , kusodorkan segelas air putih kepadanya . Kini dia telah berbaring di atas tempat tidurku , karena aku tidak tega melihatnya tergeletak di atas lantai ruang tamuku .
            “Rainy , katakanlah , apa yang telah terjadi ? Setahuku , kau tidak mempunyai kekasih ? Lalu bagaimana kau bisa hamil ?”
            Dia kemudian perlahan menitikkan air matanya . Kubiarkan ia menangis , kubiarkan dia tenang dahulu , sambil kupeluk dirinya , berusaha menenangkan dirinya . Setelah dia berhenti menangis , dia menjelaskan kepadaku .
            “Aku… aku… hamil oleh benih dari ayah tiriku… “ jawabnya sambil sesenggukan .
            “Apa ??? “
            “Iya… dia telah memerkosaku sejak aku masih berusia 15 tahun , hingga sebulan lalu ketika dia pulang dari Kanada , dan ibu sedang tidak ada di rumah , dia mengambil kesempatan itu untuk memerkosaku kembali . Lalu , hari ini aku mencoba menggunakan alat check kehamilan , karena aku terlambat datang bulan , dan hasilnya positif …”
            Dia lalu menangis kencang lagi , aku memeluknya erat . Memang , aku tidak pernah merasakan apa yang dia alami , namun sebagai wanita , aku mengetahui bagaimana rasa sakit yang sedang dirasakan oleh Rainy .
            Sejenak setelah ia berhenti menangis , dia menengok ke arah foto keluarga kecil yang kuletakkan di meja di tepi tempat tidurku . Ya , foto keluargaku ketika aku sedang berlibur ke Kanada bersama orang tuaku . Entah apa yang terjadi , sejenak setelah memandang foto keluarga itu , Rainy langsung menarik lenganku .
            “Cynthia , ayo ! Kita harus segera ke rumahku , ayo kita pergi sekarang !!”
            “Rainy , ada apa ?”
            “Ayo , kita pergi !!”
            Aku menuruti ajakannya dan ketika aku tiba di rumahnya , aku seolah mendapat kejutan listrik . Kulihat seseorang yang telah kukenal sejak aku terlahir di dunia ini sedang bermesraan dengan seorang wanita yang sama sekali belum pernah kujumpai .
            “Ayah !!!” teriakku marah .
            “Cyn…Cynthia ??” tanya ayahku dengan wajah pucat .
            “Cynthia , apa dia ayahmu ?? Dia… ayah tiriku …,” ujar Rainy dengan lirih .
            Aku lalu berlari kencang meninggalkan mereka . Hatiku sakit , seolah disayat-sayat dengan ribuan pisau . Ayahku … Aku tidak pernah menduga dia begitu tega melakukan hal ini kepadaku , juga kepada Ibuku . Beribu pertanyaan berlarian di dalam otakku . Apakah Ibuku mengetahui akan hal ini ? Apakah Ayah dan Ibu telah bercerai ? Mengapa hal ini harus terjadi kepadaku ? Mengapa harus Rainy ? Mengapa ?? Mengapa ???

Singapura , 28 April , 2013
Josephine , 19 tahun 

 This is a story that I wrote by my self , not a true story , just a fiction . Enjoy :) I'm posting the English Version soon .

No comments:

Post a Comment