Pertama kali aku berjumpa
dengannya adalah ketika pertama kali aku pindah ke kota ini , di dalam kelas
sastra . Aku melihatnya duduk sendiri , di bangku paling belakang . Kudekati
dirinya perlahan , lalu aku menatapnya sejenak . Dia tetap diam tak bergeming ,
sama sekali tidak menoleh kepadaku . Entah karena dia tidak menyadari
kehadiranku di sana atau karena dia tidak ingin bersikap ramah kepadaku . Lalu
, kuputuskan untuk memulai percakapan terlebih dahulu .
“Hai , boleh aku duduk di sebelahmu ?” tanyaku ramah .
Dia kemudian perlahan menoleh ke arahku dan tidak
menjawab sama sekali , hanya memandangku dari kepala hingga ke ujung kakiku ,
lalu mengangguk perlahan . Dia lalu menatap wajahku lekat . Hal itu sedikit
membuatku merasa tidak nyaman , lalu aku bertanya kembali kepadanya sambil
mengusap-usap wajahku “Ada apa ? Ada debu di wajahku ? Maaf ya , sebelum aku
tiba di kelas ini , aku sempat membantu temanku di kelas bahasa Inggris ,
memindahkan buku-buku bekas yang sudah berdebu ke perpustakaan … Namamu siapa ?
Aku Cynthia ..”
Dia terdiam sejenak , lalu memandang tanganku , kemudian
kembali menatapku dan menjabat tanganku lemah .
“Aku Rainy…,” jawabnya dengan senyum tipis di bibirnya .
“Rainy ? Wah , namamu indah sekali , apakah kau tahu
mengapa namamu Rainy ?”
Dia menggeleng , lalu menjawab ,”Aku tidak peduli mengapa
orang tuaku memberiku nama seperti itu , yang jelas , aku merasa , setiap hari
adalah hujan di dalam hidupku , tiada hari yang cerah , tiada musim panas ,
yang ada hanyalah musim hujan…”
Aku kemudian tersenyum , rupanya kelas sastra memang
cocok untuknya , karena dari cara berbicaranya pun , aku sudah mengetahuinya .
Hari demi hari terlewati , dan aku pun terus berjumpa
dengannya di kelas sastra . Kami semakin akrab , dan dia menjadi semakin
terbuka kepadaku . Sering kali , ketika bel istirahat berbunyi dan aku masih
sibuk di kelas bahasa Inggris atau bahasa Perancis , dia akan datang ke kelasku
dan menungguku di depan kelas dengan sabar . Setelah aku selesai , barulah kita
bersama-sama menuju kantin .
Sedikit demi sedikit , aku mengetahui tentang keluarganya
. Dia adalah anak tunggal di keluarganya . Ibunya yang bekerja sebagai seorang
guru SD bercerai dengan ayah kandungnya ketika ia masih berusia 10 tahun .
Kemudian setahun silam , ibunya menikah dengan seorang pria yang bekerja di
Kanada , namun terkadang datang ke rumahnya untuk menengok ibunya dan dia .
Kira-kira sebulan sekali ayah tirinya pasti pulang ke rumahnya .
Pada suatu hari , ketika kami sedang makan siang bersama
di kantin sekolah , ada satu hal yang mengejutkanku . Ada bekas merah-merah di
kedua tangannya , seperti ada seseorang yang telah memukulinya dengan rotan .
Lalu aku pun dengan tidak ragu-ragu bertanya kepadanya , apa yang telah terjadi
dengan tangannya . Pertama , dia menolak untuk menjawab . Namun setelah
beberapa kali aku membujuknya , akhirnya dia menjawab .
“Ini aku dapat karena aku gagal dalam ulangan matematika
dua hari yang lalu . Ibuku marah , lalu dia memukul tanganku dengan rotan … ,”
Aku terkejut mendengarnya . Tak pernah kuduga ibunya
begitu keras kepadanya . Lalu , dengan perlahan , dia berkata bahwa bukan hanya
tangannya yang terkena pukul , namun juga punggungnya . Dia menangis
tersedu-sedu setelah mengatakannya . Katanya , tiada orang lain yang bisa
mendengar keluhannya selain aku . Maka setelahnya , aku membantunya dengan
membalurkan krim pendingin kulit di kedua tangan dan punggungnya . Sepulang
sekolah , aku menawarkan kepadanya untuk mengantarnya pulang . Dia kemudian
menolakku halus . Aku hanya mengangguk , lalu kami berjalan bersama menuju bus
stop dan ketika dia menyetop bus , aku pun menyetop bus yang sama . Kami
sama-sama terkejut , selama ini kami tidak pernah mengetahui alamat satu sama
lain . Lalu dia bertanya di mana aku tinggal , dan ketika aku menyebutkan
tempat tinggalku , dia terkejut . Dia berkata bahwa selama ini kami tinggal di
tempat yang sama , ya , kami sebenarnya satu apartemen , hanya saja , kami
berbeda satu lantai . Heran , mengapa kami tidak pernah bertemu di apartemen
kami . Atau mungkin karena sebelum ini , kami tidak pernah pulang bersama . Aku
terbiasa meninggalkan sekolah selepas pukul 7 malam , karena aku harus
menyelesaikan beberapa laporan atau terkadang harus menghadiri rapat di klub
teater , namun hari ini aku pulang lebih awal karena mendengar bahwa ayahku
akan pulang dari Kanada . Ya , kedua orang tuaku bekerja di Kanada sejak aku
berusia 3 tahun , namun terkadang mereka datang menengokku sekitar 3 bulan
sekali . Ayah lebih sering datang menengokku , karena pekerjaan Ibu lebih sibuk
daripada pekerjaan Ayah . Aku juga sering mengobrol melalui kamera web setiap
malam dengan mereka .
Setibanya di apartemen kami , aku memeluknya sebelum kami
berpisah . Ketika aku membuka pintu apartemenku , telah kujumpai ayahku di sana
. Aku lalu berlari memeluknya . Aku sangat merindukannya , setelah tiga bulan
tak berjumpa dengannya . Kami bercakap-cakap sejenak , menanyakan kabar satu
sama lain , lalu aku bercerita kepadanya tentang Rainy . Beliau sedikit
terkejut ketika aku menyebut nama Rainy .
“Ayah , ada apa ? Ayah tahu Rainy ?” tanyaku .
Beliau tidak menjawab , hanya tersenyum , lalu menggeleng
perlahan .
Beberapa hari setelah ayah datang , dia berpamitan
kepadaku dan dia akan terbang kembali ke Kanada . Sayangnya aku tak bisa mengantarnya
, karena aku harus pergi ke sekolah . Maka aku hanya memeluknya dan mengucapkan
selamat tinggal , beliau lalu naik taksi untuk pergi ke bandara .
Malam itu adalah malam yang tak terlupakan bagiku . Malam
yang menyayat hatiku begitu dalam . Ketika ia mengetuk pintu apartemenku , dan
ketika aku membuka pintu itu . Sungguh , aku terkejut , kala melihatnya dengan
pergelangan tangan penuh darah dan dia menangis deras . Aku membantunya masuk
ke dalam dan segera menutup pintu . Segera kuambil kotak P3K dan membalut
pergelangan tangannya dengan kain kasa .
“Rainy , ada apa ??” tanyaku .
“Cynthia , aku… aku…”
“Ada apa , Rainy ?? Ayo katakan , jujur saja padaku …”
“Aku … Hamil …”
Dia lalu menangis kencang dan meronta-ronta . Aku
berusaha menenangkannya , ku berlalri menuju dapur dan mengambilkan segelas air
putih untuknya . Ketika aku kembali ke tempat dia berbaring , kulihat dia telah
pingsan . Kucoba menyadarkannya dengan menggoncang-goncang tubuhnya , tetap
saja tak ada reaksi . Maka , kuputuskan untuk menunggunya hingga dia sadar
sambil terus mengecek nafasnya .
Tepat sekitar dua jam setelah dia pingsan , dia sadar ,
kusodorkan segelas air putih kepadanya . Kini dia telah berbaring di atas
tempat tidurku , karena aku tidak tega melihatnya tergeletak di atas lantai
ruang tamuku .
“Rainy , katakanlah , apa yang telah terjadi ? Setahuku ,
kau tidak mempunyai kekasih ? Lalu bagaimana kau bisa hamil ?”
Dia kemudian perlahan menitikkan air matanya . Kubiarkan
ia menangis , kubiarkan dia tenang dahulu , sambil kupeluk dirinya , berusaha
menenangkan dirinya . Setelah dia berhenti menangis , dia menjelaskan kepadaku
.
“Aku… aku… hamil oleh benih dari ayah tiriku… “ jawabnya
sambil sesenggukan .
“Apa ??? “
“Iya… dia telah memerkosaku sejak aku masih berusia 15
tahun , hingga sebulan lalu ketika dia pulang dari Kanada , dan ibu sedang
tidak ada di rumah , dia mengambil kesempatan itu untuk memerkosaku kembali .
Lalu , hari ini aku mencoba menggunakan alat check kehamilan , karena aku
terlambat datang bulan , dan hasilnya positif …”
Dia lalu menangis kencang lagi , aku memeluknya erat . Memang
, aku tidak pernah merasakan apa yang dia alami , namun sebagai wanita , aku
mengetahui bagaimana rasa sakit yang sedang dirasakan oleh Rainy .
Sejenak setelah ia berhenti menangis , dia menengok ke
arah foto keluarga kecil yang kuletakkan di meja di tepi tempat tidurku . Ya ,
foto keluargaku ketika aku sedang berlibur ke Kanada bersama orang tuaku .
Entah apa yang terjadi , sejenak setelah memandang foto keluarga itu , Rainy
langsung menarik lenganku .
“Cynthia , ayo ! Kita harus segera ke rumahku , ayo kita
pergi sekarang !!”
“Rainy , ada apa ?”
“Ayo , kita pergi !!”
Aku menuruti ajakannya dan ketika aku tiba di rumahnya ,
aku seolah mendapat kejutan listrik . Kulihat seseorang yang telah kukenal
sejak aku terlahir di dunia ini sedang bermesraan dengan seorang wanita yang
sama sekali belum pernah kujumpai .
“Ayah !!!” teriakku marah .
“Cyn…Cynthia ??” tanya ayahku dengan wajah pucat .
“Cynthia , apa dia ayahmu ?? Dia… ayah tiriku …,” ujar
Rainy dengan lirih .
Aku lalu berlari kencang meninggalkan mereka . Hatiku
sakit , seolah disayat-sayat dengan ribuan pisau . Ayahku … Aku tidak pernah
menduga dia begitu tega melakukan hal ini kepadaku , juga kepada Ibuku . Beribu
pertanyaan berlarian di dalam otakku . Apakah Ibuku mengetahui akan hal ini ?
Apakah Ayah dan Ibu telah bercerai ? Mengapa hal ini harus terjadi kepadaku ?
Mengapa harus Rainy ? Mengapa ?? Mengapa ???
Singapura , 28 April , 2013
Josephine , 19 tahun
This is a story that I wrote by my self , not a true story , just a fiction . Enjoy :) I'm posting the English Version soon .
No comments:
Post a Comment